Kantor Sekretariat

Tranka Building Lt.3
Jln. Raya Pasar Minggu Km. 17 No. 17, Jak-Sel 12570

Tlp. +6221-8446468, +6221-33112114, +6221-79181419

Fax. +6221-8446468, +6221-79181419

Hp. +628567241665, +6281282092216, +6289654740916

http://metamorphosanusantara@ymail.com

http://metamorphosa-nusantara.blogspot.com

Rabu, 24 Agustus 2011

UPAYA PENCEGAHAN MASALAH PENYALAHGUNAAN ZAT


 Karakteristik psikogis yang khas pada remaja merupakan faktor yang memudahkan terjadinya tindakan penyalahgunaan zat.
Namun demikian, untuk terjadinya hal tersebut masih ada faktor lain yang memainkan peranan penting yaitu faktor lingkungan si pemakai zat. Faktor lingkungan tersebut memberikan pengaruh pada remaja dan mencetuskan timbulnya motivasi untuk menyalahgunakan zat. Dengan kata lain, timbulnya masalah penyalahgunaan zat dicetuskan oleh adanya interaksi antara pengaruh lingkungan dan kondisi psikologis remaja.
Di dalam upaya pencegahan, tindakan yang dijalankan dapat diarahkan pada dua sasaran proses. Pertama diarahkan pada upaya untuk menghindarkan remaja dari lingkungan yang tidak baik dan diarahkan ke suatu lingkungan yang lebih membantu proses perkembangan jiwa remaja. Upaya kedua adalah membantu remaja dalam mengembangkan dirinya dengan baik dan mencapai tujuan yang diharapkan (suatu proses pendampingan kepada si remaja, selain: pengaruh lingkungan pergaulan di luar selain rumah dan sekolah).
Jadi remaja sebenarnya berada dalam 3 (tiga) pengaruh yang sama kuat, yakni :
1.  Sekolah (guru),
2.  Lingkungan pergaulan
3.  Rumah (orang tua dan keluarga);
Serta ada 2 buah proses yakni menghindar dari lingkungan luar yang tidak baik, dan proses dalam diri si remaja untuk mandiri dan menemukan jati  dirinya.

Dalam rangka membimbing dan mengarahkan perkembangan remaja, bidang yang menjadi pusat perhatian adalah:
  1. Sikap dan tingkah laku.
  2. Emosional
  3. Mental – intelektual
  4. Sosial
  5. Pembentukan identitas diri.
Tindakan yang harus dan dapat dilakukan
*                  Sikap  dan  tingkah  laku
Tujuan dari suatu perkembangan remaja secara umum adalah merubah sikap dan tingkah lakunya, dari cara yang kekanak-kanakan menjadi cara yang lebih dewasa. Sikap kekanak-kanakan seperti mementingkan diri sendiri (egosentrik), selalu menggantungkan diri pada orang lain, menginginkan pemuasan segera, dan tidak mampu mengontrol perbuatannya, harus diubah menjadi mampu memperhatikan orang lain, berdiri sendiri, menyesuaikan keinginan dengan kenyataan yang ada dan mengontrol perbuatannya sehingga tidak merugikan diri sendiri dan orang lain. Untuk itu dibutuhkan perhatian dan bimbingan dari pihak orang tua. Orang tua harus mampu untuk memberi perhatian, memberikan kesempatan untuk remaja mencoba kemampuannya. Berikan penghargaan dan hindarkan kritik dan celaan.
  1. Emosional
Untuk mendapatkan kebebasan emosional, remaja mencoba merenggangkan hubungan emosionalnya dengan orang tua; ia harus dilatih dan belajar untuk memilih dan menentukan keputusannya sendiri. Usaha ini biasanya disertai tingkah laku memberontak atau membangkang. Dalam hal ini diharapkan pengertian orang tua untuk tidak melakukan tindakan yang bersifat menindas, akan tetapi berusaha membimbingnya secara bertahap.

Usahakan jangan menciptakan suasana lingkungan yang lain, yang kadang-kadang menjerumuskannya. Anak menjadi nakal, pemberontak dan malah mempergunakan narkotika (menyalahgunakan obat).
  1. Mental – intelektual
Dalam perkembangannya mental – intelektual diharapkan remaja dapat menerima emosionalnya dengan memahami mengenai kelebihan dan kekurangan dirinya. Dengan begitu ia dapat membedakan antara cita-cita dan angan-angan dengan kenyataan sesungguhnya.  Pada mulanya daya pikir remaja banyak dipengaruhi oleh fantasi, sejalan dengan meningkatnya kemampuan berpikir secara abstrak. Pikiran yang abstrak ini seringkali tidak sesuai dengan kenyataan yang ada dan dapat menimbulkan kekecewaan dan keputusasaan. Untuk mengatasi hal ini dibutuhkan bantuan orang tua dalam menumbuhkan pemahaman diri tentang kemampuan yang dimilikinya berdasarkan kemampuan yang dimilikinya tersebut. Jangan membebani remaja dengan berbagai macam harapan dan angan-angan yang kemungkinan sulit untuk dicapai.
  1. Sosial
Untuk mencapai tujuan perkembangan, remaja harus belajar bergaul dengan semua orang, baik teman sebaya atau tidak sebaya, maupun yang sejenis atau berlainan jenis. Adanya hambatan dalam hal ini dapat menyebabkan ia memilih satu lingkungan pergaulan saja misalnya suatu kelompok tertentu dan ini dapat menjurus ke tindakan penyalahgunaan zat. Sebagaimana kita ketahui bahwa ciri khas remaja adalah adanya ikatan yang erat dengan kelompoknya. Hal ini menimbulkan ide, bagaimana caranya agar remaja memiliki sifat dan sikap serta rasa (Citra: disiplin dan loyalitas terhadap teman, orang tua dan cita-citanya.
Selain itu juga kita sebagai orang tua dan guru, harus mampu menumbuhkan suatu Budi Pekerti/Akhlaq yang luhur dan mulia; suatu keberanian untuk berbuat yang mulia dan menolong orang lain dan menjadi teladan yang baik.
  1. Pembentukan identitas diri
Akhir daripada suatu perkembangan remaja adalah pembentukan identitas diri. Pada saat ini segala norma dan nilai sebelumnya merupakan sesuatu yang datang dari luar dirinya dan harus dipatuhi agar tidak mendapat hukuman, berubah menjadi suatu bagian dari dirinya dan merupakan pegangan atau falsafah hidup yang menjadi pengendali bagi dirinya. Untuk mendapatkan nilai dan norma tersebut diperlukan tokoh identifikasi yang menurut penilaian remaja cukup di dalam kehidupannya. Orang tua memegang peranan penting dalam preoses identifikasi ini, karena mereka dapat membantu remajanya dengan menjelaskan secara lebih mendalam mengenai peranan agama dalam kehidupan dewasa, sehingga penyadaran ini memberikan arti yang baru pada keyakinan agama yang telah diperolehnya. Untuk dapat menjadi tokoh identifikasi, tokoh tersebut harus menjadi kebanggaan bagi remaja. Tokoh yang dibanggakan itu dapat saja berupa orang tua sendiri atau tokoh lain dalam masyarakat, baik yang masih ada maupun yang hanya berasal dari sejarah atau cerita.
 Sebagai ikhtisar dari apa yang dapat dilakukan orang tua dan guru dalam upaya pencegahan, dapat dikemukakan sebagai berikut:
  1. Memahami sikap dan tingkah laku remaja dan menghadapinya dengan penuh kasih sayang dan kesabaran.
  2. Memberikan perhatian yang cukup baik dalam segi material, emosional, intelektual, dan sosial.
  3. Memberikan kebebasan dan keteraturan serta secara bersamaan pengarahan terhadap sikap, perasaan dan pendapat remaja.
  4. Menciptakan suasana rumah tangga/keluarga yang harmonis, intim, dan penuh kehangatan bagi remaja.
  5. Memberikan penghargaan yang layak terhadap pendapat dan prestasi yang baik.
  6. Memberikan teladan yang baik kepada remaja tentang apa yang baik bagi remaja.
  7. Tidak mengharapkan remaja melakukan sesuatu yang ia tidak mampu atau orang tua tidak melaksanakannya (panutan dan keteladanan).
Apa yang dikemukakan di atas hanyalah merupakan petikan secara umum dan dalam penerapannya harus disesuaikan dengan kondisi yang ada pada diri remaja maupun orang tua dan guru. Dengan begitu maka setiap orang tua dan guru harus mampu untuk menafsirkan apa yang dimaksud dan menerapkannya sesuai dengan apa yang diharapkan.
Yang paling penting adalah pengenalan diri sendiri dari pihak orang tua sebelum mereka mengharapkan remajanya mengenal dirinya. Dengan kata lain, apa yang diharapkan dari remaja harus dapat dilaksanakan terlebih dahulu oleh orang tua dan guru.
Iklan layanan masyarakat mereka membahas penyalahgunaan narkotik dan dampaknya di tempat kerja, seperti hilangnya produktivitas, tingginya tingkat absensi, keamanan, menurunnya semangat kerja karyawan dan tingginya biaya asuransi. Iklan layanan ini mendorong perusahaan mengembangkan program rujukan untuk membantu karyawan. Iklan tersebut juga menggambarkan keuntungan karyawan dan perusahaan bila program perawatan penyalahgunaan narkotik disediakan.
Kemasan Bulan Pemulihan ini dimaksudkan untuk menginformasikan perusahaan dan pemimpin masyarakat bahwa sangat mungkin memulihkan orang dari kecanduan narkotik, dan bahwa mendukung perawatan karyawan meningkatkan produktivitas, semangat staf dan kesuksesan usaha.
Bulan Pemulihan adalah perayaan sebulan penuh untuk memberikan pengakuan terhadap para individu yang telah melewati pemulihan dengan sukses, dan menghargai mereka yang bekerja di bidang ini dengan dedikasi penuh membantu orang yang membutuhkan mereka. Perayaan seperti ini mendidik para pembuat kebijakan, pemerintah tingkat pusat hingga lokal, para pemimpin usaha, pemberi pelayanan perawatan terhadap penyalahgunaan narkotik dan masyarakat umum mengenai pentingnya perawatan dalam menyelamatkan kehidupan yang dirusak oleh penyalahgunaan dan kecanduan alkohol dan narkotik.

Testimoni pengguna NAZA :

Lulus SMA saya melanjutkan kuliah ke Akademi Akuntansi, lalu kerja di sebuah perusahaan kontraktor swasta sambil kuliah. Saat itulah saya mulai bergaul dengan teman-teman yang memakai NAZA. Mereka bukan teman kuliah dan bukan pula teman sekantor. Mereka semua teman pacar saya. Hampir tiap hari saya nongkrong bareng mereka, sehingga saya sudah mengerti barang-barang apa saja yang mereka pakai untuk mendapat "high". Setahun saya bertahan tidak menyentuh barang-barang tersebut, walau hampir setiap hari saya melihat mereka memakai barang tersebut.
Lama kelamaan rasa ingin tahu saya terbit. Saya pun mulai mencoba sabu-sabu. Waktu itu rasanya badan melayang-layang, ringan sekali. Tapi saya nggak bisa tidur. Dua hari tidak bisa tidur saya mulai ketakutan, saya menceritakan kepada teman satu tongkrongan dan mereka memberikan saya putaw. Setelah memakai putaw baru saya bisa tidur. Hal tersebut berlangsung terus. Saya lulus dari Akademi Akuntansi dan masih tetap bekerja. Dosis pun bertambah setiap hari, pada awalnya memakai putaw dengan cara di "drag", lama-lama nggak ada rasanya lagi. Saya pun mulai ngipe [menyuntik], bangun tidur pakaw [pakai narkotik], mau berangkat kerja pakaw, di kantor pakaw, pulang kerja ngubas [menggunakan sabu-sabu] sembari ngipe mau tidur pakaw lagi, karena ketika berangkat kerja pakaw dulu. Saya suka kebablasan pedawnya [saat efek narkotik dirasakan], baru jam 11 siang berangkat kerja. Kalau ditanya, 1001 alasan bisa saya ungkapkan. Karena sudah hampir tiap saat, tiap waktu pakaw, saya jadi malas, yang ingin saya lakukan cuma pedaw, untuk pedaw saya harus dapat putaw dan untuk ngedapetin [dapat narkotik] itu harus ke BD [bandar]! Jadi saya rajin keluar hanya untuk itu, yang lain tidak.
Pekerjaan saya yang mengasyikan di kantor sudah saya tinggalkan, otomatis dana beli putaw dan sabu mulai berkurang. Sementara tiap waktu hidup saya bergantung pada barang itu. Tabungan saya pun sudah minus, barang-barang yang saya beli waktu bekerja pun satu per satu sudah saya jual. Sementara ini orang tua belum tahu kalau saya sudah tidak bekerja lagi, karena setiap hari keluar rumah dengan pakaian kerja. Karena tabungan dan barang-barang sudah habis saya mulai bingung. Bagaimana caranya mendapatkan uang untuk beli putaw? Saya mulai mencuri uang orang tua saya, menjual perhiasannya. Mereka pun mulai mencium hal ini.
Setelah mereka tahu, mereka jadi sangat membenci saya. Bahkan keluarga tidak peduli lagi. Mereka memusuhi saya, keberadaan saya di rumah membuat seisi rumah tegang, karena itu saya merasa bersalah sekali. Rasa bersalah itu saya hilangkan dengan memakai obat-obatan yang dosisnya terus bertambah setiap hari. Ternyata hal tersebut semakin memperparah keadaan, dan saya jadi membenci mereka.
Contoh konkret dampak penyalahgunaan obat di tengah masyarakat yang meningkatkan kekerasan, terjadi di Brasil. Permasalahan menjadi persoalan sangat serius, karena berdampak buruk bagi masyarakat. Dalam setahun, hampir 30.000 kasus pembunuhan sebagian besar terkait dengan penyalahgunaan dan perdagangan.

Tidak ada komentar: