Kantor Sekretariat

Tranka Building Lt.3
Jln. Raya Pasar Minggu Km. 17 No. 17, Jak-Sel 12570

Tlp. +6221-8446468, +6221-33112114, +6221-79181419

Fax. +6221-8446468, +6221-79181419

Hp. +628567241665, +6281282092216, +6289654740916

http://metamorphosanusantara@ymail.com

http://metamorphosa-nusantara.blogspot.com

Jumat, 26 Agustus 2011

INFO PENTING TENTANG AIDS!

EPIDEMIOLOGI


Aquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) pertama kali diidentifikasi pada tahun 1981, dan Human Immunodeficiency Virus (HIV) telah diketahui sebagai penyebab pada tahun 1984. Desember 2002, WHO (World Health Organization) memperkirakan sebanyak 42 juta penduduk mengidap HIV. Dari penemuan pada tahun 1981 sampai 2006, AIDS telah membunuh lebih dari 25 juta orang. HIV menginfeksi sekitar 0,6% dari populasi dunia.


Di Indonesia, kasus pertama HIV/AIDS ditemukan pada tahun 1987. Hingga Maret 2010 tercatatterjadi 20.564 kasus AIDS dengan 3.936 orang korban meninggal dunia. Jumlah tersebut semakin bertambah seiring dengan banyaknya faktor dan sarana penularan HIV/AIDS yaitu penggunaan narkotikajenis suntik (Injection Drug User/IUD).


INFEKSI VIRUS HIV


HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah retrovirus yang tergolong virus RNA (RibonucleicAcid ), yaitu virus yang menggunakan RNA sebagai molekul pembawa informasi genetik. HIV mempunyai enzim reverse transcriptase yang terdapat di dalam inti HIV dan akan mengubah informasi genetika dari RNA virus menjadi deoxy-ribonucleid acid (DNA). Enzim  ini adalah  polimerase  DNA  yang  mampu bergabung dengan kromosom  tubuh.  Sekali  berintegrasi,  ia   digunakan sebagai pembawa pesantranskripsi untuk sintesis virus.


HIV secara signifikan berdampak pada kapasitas fungsional dan kualitas kekebalan tubuh. HIV mempunyai target sel utama yaitu sel limfosit T4, yang mempunyai reseptor CD4. Beberapa sel lain yangjuga mempunyai reseptor CD4 adalah : sel monosit, sel makrofag, sel folikular dendritik, sel retina, selleher rahim, dan sel langerhans. Infeksi limfosit CD4 oleh HIV dimediasi oleh perlekatan virus kepermukaan sel reseptor CD4, yang menyebabkan kematian sel dengan meningkatkan tingkat apoptosispada sel yang terinfeksi.


Selain menyerang sistem kekebalan tubuh, infeksi HIV juga berdampak pada sistem saraf dan dapat mengakibatkan kelainan pada saraf. Infeksi oportunistik dapat terjadi akibat penurunan kekebalan tubuh pada penderita HIV/AIDS. Infeksi tersebut dapat menyerang sistem saraf yang membahayakan fungsi dan kesehatan sel saraf.


Perjalanan alamiah infeksi HIV dapat dibagi dalam tahapan sebagai berikut :
    1.   Infeksi virus (2-3 minggu)
    2.   Sindrome retroviral akut (2-3 minggu)
    3.   Gejala menghilang + serokonversi
    4.   Infeksi kronis HIV asimptomatik (rata-rata 8 tahun, di negara berkembang lebih pendek)
    5.   Infeksi HIV/AIDS simptomatik (rata-rata 1,3 tahun)
    6.   Kematian


Berdasarkan hasil pemeriksaan CD4, infeksi HIV dapat dibedakan menjadi beberapa fase:
ü  Fase I - Infeksi HIV primer ( infeksi HIV akut )
ü  Fase II - Penurunan imunitas dini ( sel CD4 > 500/ µl )
ü  Fase III - Penurunan imunitas sedang ( sel CD4 500-200 /µl )
ü  Fase IV - Penurunan imunitas berat ( sel CD4 <200 /µl )



Infeksi HIV primer dapat bersifat asimptomatik, atau pada 50-70% penderita muncul dalam bentukakut, self-limiting mononucleosis-like illness dengan demam, nyeri kepala, mialgia, malaise, lethargi,sakit tenggorokan, limfadenopati, dan bintik makulopapular. Infeksi akut ditandai dengan viremia, dijumpai angka replikasi virus yang tinggi, mudahnya isolasi virus dari limfosit darah perifer dan levelserum antigen virus yang tinggi.

AIDS (Acquired Immuno Deficiency Syndrome) didefinisikan sebagai suatu sindrome atau kumpulan gejala penyakit dengan karakteristik defisiensi imun yang berat, dan merupakan manifestasi stadiumakhir infeksi HIV.


Kriteria diagnosis presumtif untuk indikator AIDS :
a.       Kandidiasis esophagus: nyeri retrosternal saat menelan bercak putih di atas dasar kemerahan
b.      Retinitis citomegalo virus
c.       Mikobakteriosis
d.      Sarkoma Kaposi: bercak merah atau ungu pada kulit atau selaput mukosa
e.       Pneumonia pnemosistisis karini: sesak nafas/batuk non produktif dalam 3 bulan terakhir
f.        Ensefalitis Toksoplasmosis



KELAINAN NEUROLOGI PADA INFEKSI HIV


Penyakit saraf sering terjadi pada seseorang yang terinfeksi HIV, sebanyak 31-60%. Penelitian diJakarta mendapatkan hasil bahwa 90% penderita HIV/AIDS mengalami kelainan pada sistem sarafnya.


Kegagalan fungsi tubuh menyebabkan kerentanan seluruh sistem organ, termasuk sistem saraf sentral, perifer dan otot. Keterlibatan sistem saraf dapat sebagai akibat infeksi primer oleh virus atauinfeksi oportunistik, efek imunosupresif atau keduanya.

 
Kelainan neurologi yang timbul pada penderita AIDS secara umum dapat dikelompokkan menjadi :

a.       Infeksi HIV Primer
Komplikasi langsung terlibat pada sistem saraf yang terinfeksi HIV dengan perubahanpatologi diakibatkan langsung oleh HIV itu sendiri. Harus diingat  bahwa  lesi SSP  padaAIDS  dapat  disebabkan  proses  neoplastik. Limfoma  SSP primer ditemukan sekitar 3 %dari  pasien AIDS,  dan  limfoma sistemik juga  bisa  menyebar  pada mening. Beberapasarkoma Kaposi yang metastase ke  otak pernah dilaporkan. Contoh lainnya adalah AIDSDementia dan neuropati perifer.

b.      Infeksi Oportunistik SSP
Sekunder/komplikasi tidak langsung sebagai akibat dari proses immunosupresikonkomitan berupa infeksi opportunistik dan neoplasma.

·        Patogen viralEnsefalitis sitomegalovirusLeukoensefalopati tmultifokal progresif 
·        Patogen non-viralEnsefalitis toksoplasmasMeningitis kriptokokus


HIV merupakan virus yang bersifat imunotropik dan neurotropik yang berarti organ targetnyaselain sel imun juga menyerang sistem saraf. HIV melewati sawar darah otak melalui aksis makrofag-monosit. Mekanisme yang memungkinkan mencakup transport intraseluler melewati blood-brainbarrier dalam makrofag yang terinfeksi, penempatan virus bebas pada leptomeningens, atau virus bebassetelah replikasi dalam pleksus khoroideus atau epithelium vaskular.


Infeksi virus herpes sering terlihat pada pasien AIDS. Pada orang yang terpajan dengan herpeszoster, virus dapat tidur di jaringan saraf selama bertahun-tahun hingga muncul kembali sebagai ruam.Reaktivasi ini umum pada orang yang AIDS karena sistem kekebalannya melemah.Neurosifilis, akibat infeksi sifilis yang tidak diobati secara tepat, tampak lebih sering dan lebihcepat berkembang pada orang terinfeksi HIV.


Neurosifilis dapat menyebabkan degenerasi secaraperlahan pada sel saraf dan serat saraf yang membawa informasi sensori ke otak.


Seperti halnya penyakit infeksi yang lainnya, tuberkulosis pada penyakit AIDS juga infeksius adaindividu sehat. Gejala klinisnya bervariasi tergantung pada tahap penyakit HIV-nya. Pada stadium awal,dimana relatif ada kekebalan dalam sel (cell mediated immunity), maka penyakit tuberkulosisnya akanmenunjukkan gambaran penyakit primer klasik seperti pada orang dewasa yakni dengan adanya infiltratdi lobus atas dan adanya kavitasi; dimana tes tuberkulin biasanya akan positif. Bila penyakit HIV-nyamelanjut maka cell mediated immunity akan rusak disertai gejala non spesifik, yaitu demam, turunnyaberat badan dan fatigue (kelelahan), dengan atau tanpa adanya gejala batuk.


PENATALAKSANAAN HIV/AIDS


Penatalaksanaan HIV/AIDS terdiri dari pengobatan, perawatan/rehabilitasi dan edukasi.Pengobatan pada pengidap HIV/penderita AIDS ditujukan terhadap: virus HIV (obat antiretroviral),infeksi opportunistik, kanker sekunder, status kekebalan tubuh, simptomatis dan suportif.


Obat-obat antiretroviral dapat memperbaiki morbiditas pada HIV dan dapat memperpanjangsurvival. Sesuai perkembangan pada terapi HIV terdapat tiga kelas obat antiretroviral yang telah diakuipenggunaannya yaitu: nucleoside reverse transcriptase inhibitors (NRTIs), nonnucleoside reversetranscriptase inhibitors (NNRTIs), dan protease inhibitors (PIs). Agar tercapainya penggunaan obatsecara potensial maka digunakan paling sedikit tiga jenis obat dari paling sedikit dua kelas obatantiretroviral. Secara khusus meliputi dua obat NRTIs dan lainnya satu NNRTIs atau PIs.


Pengobatan untuk infeksi oportunistik dan kanker sekunder bergantung pada penyakit infeksiatau kanker apa yang ditimbulkan. Pengobatan status kekebalan tubuh dengan menggunakan immunerestoring agents, diharapkan dapat memperbaiki fungsi sel limfosit, dan menambah jumlah limfosit.

1 komentar:

Anonim mengatakan...

seandainya lebih banyak lagi pemuda-pemudi yang mempunyai sikap sadar akan bahaya AIDS dan Narkoba mungkin tidak akan terlalu rusak parah generasi Indonesia. Ehm....namanya juga anak muda, seenaknya sendiri. hahahahahahaha.